Dewan Adat Sunda Langeng Wisesa (SLW) Dampingi Mahasiswa AKOM BSI filmkan situs Ciaruteun

Dewan Adat SLW Dampingi Mahasiswa AKOM BSI Filmkan Situs Ciaruteun

BOGOR- Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa (SLW) mendampingi rombongan mahasiswa Jurusan Broadcast, Akademi Komunikasi (AKOM) Bina Sarana Informatika (BSI) Margonda, Kota Depok, berkunjung ke Situs Ciaruteun, peninggalan Kerajaan Sunda Tarumanagara di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Sabtu, (28/4).

Ketua Bidang IT, Humas dan Kerja Sama Antarlembaga Dewan Adat SLW, Ahmad Fahir mengatakan, rombongan mahasiswa AKOM BSI yang mengunjungi Situs Ciaruteun berjumlah 5 orang, dan ditemui secara langsung oleh Bah Atma selaku juru pelihara.

“Rombongan AKOM BSI bermaksud melakukan riset dan pembuatan film dokumenter tentang Prasasti Ciaruteun. Kami mendukung, karena positif sebagai ajang edukasi dan transfer wawasan sejarah bagi masyarakat luas,” kata Ahmad Fahir kepada wartawan Rabu (2/5/2018)

Rombongan tersebut Egi Prayoga sebagai sutradara produksi film Prasasti Ciaruteun, M Bisma Gautama sebagai penulis naskah, Faldi sebagai kameramen, Indirwan K.Yusuf, editor gambar, dan M Syafik Fadillah sebagai marketing.

Kegiatan ini didukung pula oleh Ketua Wild Adventure Team; Bojonggede, Ki Agus Suyanto.

Lebih lanjut Fahir mengungkapkan, Situs Ciaruteun dijadikan objek pemutaran film dokumenter oleh mahasiswa AKOM BSI karena tingginya nilai sejarah yang terkandung dan tuanya usia situs.

“Situs Ciaruteun dibuat oleh raja termasyhur Tarumanagara, Prabu Purnawarman pada awal abad ke-5 M. Menceritakan tentang kebesaran sang raja sebagai pemimpin terkemuka di dunia,” terang Fahir.

Menurut Fahir, kawasan Ciaruteun pada zaman Kerajaan Tarumanagara dikenal sebagai Kota Pasir Muara, ibu kota Kerajaan Tarumanagara.

“Kerajaan Tarumanagara menjadikan Sungai Cisadane sebagai pusat peradaban dan jalur lalu lintas utama niaga dengan puseurnya di Ciaruteun,” papar dia.

Sebagaimana lazimnya ibu kota kerajaan Sunda yang mengandalkan sungai sebagai benteng alam dan pusat peradaban, Kampung Pasir Muara dibelah oleh tiga aliran sungai besar, yakni Sungai Cisadane, Sungai Ciaruteun, dan Sungai Cianten.

“Keberadaan kawasan Situs purbakala di puncak Gunung Karst Ciampea yang telah ditetapkan sebagai situs sejak zaman Belanda, memperkuat temuan peneliti bahwa Ciaruteun adalah pusat peradaban penting pada zaman Tarumanagara,” tegas Fahir.

Egi Prayoga selaku sutradara film dokumenter AKOM BSI menuturkan, dipilihnya Ciaruteun sebagai objek karena keunikannya sebagai situs cagar buaya aset besar bangsa.

“Kita mesti bangga Indonesia ditetapkan UNESCO sebagai negara adidaya bidang budaya, dengan cara merawat cagar budaya warisan peradaban silam Nusantara,” kata Egi.

Pembuatan film dokumenter tersebut, diharapkan membuka kesadaran dan tanggung jawab semua pihak dalam menjaga serta melestarikan situs-situs cagar budaya.

“Bogor merupakan ibu kandung peradaban Nusantara, dan memiliki lebih dari 400 situs purbakala. Aset yang luar biasa. Harus dijaga bersama-sana,” ungkapnya.

Sementara itu, Jupel lSitus Prasasti Ciaruteun, Bah Atma mengungkapkan, objek cagar budaya tersebut ditemukan oleh ilmuwan Belanda, N.W. Hovenmann, pada 1683.

Situs tersebut semula berada di dasar Sungai Ciaruteun. Pada 1981 diangkat ke daratan, untuk menjaga ancaman erosi dan memudahkan masyarakat yang hendak edukasi.

“Situs ini diangkat secara manual dari dasar sungai tahun 1981. Dengan tenaga kerja sebanyak 20 orang. Saya salah satu pelaku sejarah. Membutuhkan waktu selama 30 hari untuk diangkut ke darat,” demikian Bah Atma.

Sumber: Bogornews

 

Tinggalkan komentar