Situs Megalitikum Salaka Domas Cibalay Gunung Salak Bogor

Situs Purbakala di Bogor Belum Terpelihara Optimal

Minggu, 29/01/2012 – 17:53
KISMI DWI ASTUTI/"PRLM"

KISMI DWI ASTUTI/”PRLM”
KONDISI Situs Megalitikum Cibalay atau yang lebih dikenal sebagai Situs Salaka Domas
Tenjolaya, Kampung Cibalay Desa Tapos 1, Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Minggu (29/1). Sebanyak 120 situs purbakala…

BOGOR, (PRLM).-Sekitar 120 situs peninggalan sejarah dan prasejarah (purbakala) yang ada di Kabupaten Bogor belum tergali secara optimal sebagai wisata budaya. Akibatnya, keberadaannya kurang terkenal dan membanggakan padahal nilainya sangat berharga dan sangat dihargai di negara lain.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, Rudy Gunawan di sela-sela Bebersih dan Sarasehan yang digelar di Situs Megalitikum Cibalay atau yang lebih dikenal sebagai Situs Salaka (Arca) Domas Tenjolaya, Kampung Cibalay, Desa Tapos 1, Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Minggu (29/1).

Menurut dia, 120 situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor itu letaknya tersebar di sejumlah kecamatan yang ada, seperti Cibungbulang, Tenjolaya, Cariu, dan Cigombong.

Diakui Rudy, ke-120 situs yang sangat berharga itu sampai sekarang belum bisa dikelola dengan baik sehingga belum bisa menjadi wisata budaya. “Bisa dilihat dan dirasakan sendiri, akses jalan menuju lokasi situs itu kebanyakan sangat buruk sehingga agak sulit dijangkau oleh wisatawan,” kata Rudy.

Hal itu pula yang menyebabkan situs berharga yang menjadi incaran penelitian orang luar negeri dan peneliti budaya/sejarah kita belum menjadi kebanggaan.

Dikatakan Rudy, tahun ini misalnya, pihaknya baru bisa fokus pada peningkatan kegiatan pemeliharaan situs. Meski tidak disebutkan secara jelas anggaran yang digunakan untuk kegiatan ini. “Yang penting fokus kita sekarang adalah memberi identitas pada sejumlah situs, termasuk papan penunjuk supaya lebih dikenal,” katanya.

Wakil Bupati Bogor, Karyawan Fathurahman yang hadir dalam kegiatan menjanjikan akan memperbaiki sedikit demi sedikit akses jalan menuju lokasi situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.

“Kebutuhan utama untuk situs-situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor lebih pada akses jalan yang baik menuju lokasi. Oleh karena itu, kota akan masukkan ini ke dalam APBD kita sehingga lokasi situs yang banyak di Kabupaten Bogor bisa menjadi wisata budaya,” katanya.

Sementara itu, Kasi Pelestarian Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang, Zakaria Kasimin mengatakan pelestarian dan pameliharaan situs seharusnya tidak mengandalkan BP3.

“Pemerintah daerah harusnya juga mmberikan perhatian, jangan tergantung dan menunggu kita,” kata Zakaria.

Khusus untuk Situs Cibalay ini, dikatakan Zakaria cukup terawat karena berada di kawasan hutan lindung. Potensi yang besar ini, lanjut dia seharusnya bisa menjadi kawasan wisata budaya dan bukan hanya menjadi tumpukan batu semata.

Situs ini sendiri ditemukan sejak tahun 1989 lalu dan sampai saat ini belum ada penelitian yang optimal terkait keberadaan situs yang kemungkinan masih berhubungan dengan Situs Gunung Padang di Cianjur.

Akibatnya, dari sekitar luas kawasan yang diperkirakan mencapai tiga hingga lima hektare ini baru sekitar 1/2 hektare yang bisa digali dan terpelihara. “Diperkirakan masih banyak peninggalan zaman Megalitikum di sini yang belum tergali karena masih terkubur,” ucap Zakaria.

Kondisi situs memang masih terawat dan dalam kondisi baik. Hanya saja, akses jalan menuju lokasi sangat buruk. Meski diakui warga sekitar ada banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang mendatangi situs tersebut, saat musim hujan, akses jalan sangat sulit dilalui. Pengunjung hanya bisa memarkir kendaraannya sekitar 2 kilometer dari lokasi situs.

Kondisi jalannya pun sangat buruk, sebagian dari susunan batu, sebagian lagi jalan setapak mirip pematang sawah. Saat musim kemarau, trek yang naik turun tidak begitu masalah bagi pengunjung. Namun, saat musim hujan, trek menjadi becek, licin dan berbahaya, nyaris tidak bisa dilalui.

Kondisi yang sama juga terjadi di beberapa situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor, seperti Ciaruteun, Pasir Angin dan lain-lain. Padahal, peninggalan purbakala ini merupakan kekayaan yang sangat berharga dan harus dikenal oleh generasi di masa sekarang dan masa depan. (A-155/A-89)***

Wabup Bogor: H. Karyawan Faturahman dan Kadisbudpar Kunjungi Situs Cibalay

Written by Administrator
Monday, 02 May 2011 04:47
DITEMUKANNYA tiga situs punden berundak di areal situs Cibalay di Kam­pung Cibalay, Desa Tapos 1, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, mengundang perhatian Wakil Bupati Bogor Karyawan Fathurachman dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Bogor Adrian Arya kusumah.Keduanya mengunjungi situs itu, Minggu (1/5) kemarin.

Ketiga situs baru peninggalan zaman megalitik itu ditemukan petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala .(BP3) Serang, Provinsi Banten.”Sebagai langkah awal berupa peninjauan lokasi dan setelah itu akan terus dilakukan pencermatannya,” kata Kar­yawan Faturahman, kemarin.Staf BP3 Serang Banten, Komaralana, menjelaskan, punden berundak tersebut ditemukan di tiga titik di areal tak jauh dari Situs Cibalay.

Saat ditemukan kondisinya dalani keadaan terhalang oleh semak belukar, temasuk beberapa menhir dan batu dolmen. Punden tersebut terbuat dari bahan Puslite dan bahan balaran.”Temuan punden berundak yang terletak di sebelah selatan situs Cibalay itu dipastikan bekas anak tangga menuju area peribadatan suci pada masa zaman purba megalitik,” terangnya.

Tidak hanya itu, di area tersebut dipastikan terdapat bekas hunian pemukiman pada masa megalitikum. “Karena cakupannya begitu sangat luas, jadi pasti masih banyak lagi situs-situs lainnya di areal tersebut,” imbuhnya.Bahkan, lanjutnya, jika dalam sebulan ini pihaknya berhasil membuka semak belukar yang menutupi seluruh area hingga ke atas Gunung Padang, maka pihak BP3 beserta Dinas Purbakala pusat akan melakukan ekskavasi.”

Sejauh ini, kita hanya baru bisa membuka sebagian semak yang menutup pada ketiga punden. Kemungkinan setelah kita merambah hingga ke puncak Gunung Padang maka akan terus bertambah jumlahnya,” ungkapnya.Adrian Arya Kusumah mengatakan, sementara waktu yang baru bisa dilakukan pihak Disbudapar masih bersifat penelitian dasar serta pengkajian lebih matang lagi yang kini masih dilakukan oleh tim dari Disbudpar. “Tetapi sementara ini bukan untuk ekskavasi, tetapi masih sebatas ingin mengetahui sejauhmana temuan itu,” tandasnya. (Achmad Sudarno)Sumber : Jurnal Bogor 02/05/2011

Situs Cibalay di Bogor, Situs Penting Buktikan Temuan Arysos Santos Tentang The Lost Atlantis

RABU, 04 MEI 2011 14:27 PETRUS BARUS
Wakil_Bupati_Meninjau_Situs_Arca_Domas

BOGOR-KITA.com – Situs Cibalay berusia 500 tahun sebelum Masehi yang ditemukan baru-baru ini, merupakan salah satu situs penting untuk membuktikan temuan Profesor Arysos Santos tentang The Lost Atlantis.

Hal ini dikemukakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor Adrian Kusumah kepada bogor-kita.com di ruang kerjanya Kompleks Tegar Beriman, Cibinong Bogor, Rabu (6/5/2011).

Situs Cibalay, kata Adrian, diduga berusia 500 tahun sebelum Masehi. Lebih tua dari Situs Tapak Gajah yang berusia 300 tahun sesudah Masehi. Situs Cibalay bahkan lebih tua dibanding situs berupa bakal piramid Gunung Padang yang berada di Cianjur yang diduga berusia 300 tahun sebelum masehi.

Situs Cibalay yang berada di Tenjolaya, imbuh Adrian, diduga berupa tempat peribadatan masyarakat Bogor yang ketika itu masih menganut animisme.

Adrian mengemukakan, temuan Situs Cibalay yang pernah diteliti oleh ahli Belanda tahun 1914, berpotensi membalik bukan saja sejarah Indonesia, tapi juga sejarah dunia. Hal ini tentu saja apabila dirujuk pada temuan Profesor Arysos Santos tentang The Lost Atlantis. The Lost Atlantis menurut Santos adalah sebuah benua yang berpusat di Indonesia dan sekitarnya. Wilayah ini dalam penggambaran Santos adalah sebuah wilayah yang peradabannya sangat modern. Wilayah ini tenggelam beserta kebudayaannya yang maju menyusul mencairnya es di kutub.

Sahabat Prof Arysos Santos yang juga peneliti buku The Lost Antlantis, Dr Frank Joseph Hoff pada Oktober 2010 lalu datang ke Bogor dalam sebuah Konferensi Internasional bertajuk Reinventing Sunda di Hotel Salak Kota Bogor. Dr Frank Joseph Hoff kepada Bogor-kita.com ketika itu mengatakan akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai temuan Santos yang diyakininya adalah tanah Sunda.

“Saya berjanji akan melanjutkan kerja keras Prof Santos yang kini telah meninggal,” kata Joseph ketika itu.

Selain Dr Frank Joseph Hoff, dalam konferensi itu juga hadir Prof Oppenheimer yang menulis buku Eden In The East.  Prof Oppenheimer yang melakukan penelitian berdasarkan struktur DNA manusia di seluruh dunia dengan tegas menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan The Lost Atlantis adalah Sundaland.

Adrian mengemukakan, Situs Cibalay akan menjadi situs penting bila Joseph ingin melanjutkan penelitian. O petrus

Sumber: http://www.bogor-kita.com/wisata/obyek-wisata/1990-situs-cibalay-di-bogor-situs-penting-buktikan-temuan-arysos-santos-tentang-the-lost-atlantis.html

JEJAK MEGALITIK DI GUNUNG SALAK, BOGOR

by Rudy Hartono Natanegara on Monday, November 14, 2011 at 4:18pm

Dalam acara napak tilas ke 6 yang diadakan oleh group napak tilas dan didukung oleh majalah basa sunda ‘balebat’, kita disuguhkan oleh satu peradaban megalitik (masa batu besar) yang berrusia sekitar 5000 tahun, menurut penelitian yang telah ada.

lokasi berada di gunung salak, berada di kecamatan tenjolaya, kabupaten Bogor, tempatnya berdekatan dengan tempat pariswisata “curug luhur”

Jika kita lihat plang diluar kita akan melihat petunjuk “situ arca domas” bahasa yang diartikan terdapat 800 arca (bahasa buhun), padahal tidak pernah ditemukan arca disitu, yang ada adalah sebuah catatan dari pihak kolonial belanda, situs cibalay ini dilaporkan pertama kali oleh De Wilde(1830), kemudian Junghuhn (1844) lalu Muller (1856) dan yang terakhir oleh N.J. Krom dalam “rapporten Oudheidkundigde Dienst” tahun 1914.

Untuk kelokasi ke komplek situs cibalay, kita melewati jalan aspal dengan kualitas sederhana sepanjang sekitar 2 km, kemudian berjalan kaki mendaki sekitar 30-50 menit (2-3km). situs punden pasirmanggis I berada di areal sempit dan diapit oleh 3 jurang, punden berundak 3 berukuran 5 X 3 meter ini menghadap utara, sekitar 14 batu nangtung (menhir)berbagai ukuran terdapat disana. lalu kesebelah bawahnya kita temukan punden pasir manggis II, teras yang sudah tidak utuh lagi, dan batu-batu penyusunnya telah hilang, yang tersisa hanya sebagian dan beserta batu tangtung sebanyak 2 buah.Hal itu mungkin terjadi karena gunung salak pernah meletus sekitar tahun 1600, yang beritanya memporakporandakan kota batavia.

Perjalanan selanjutnya kita ke situs di bawahnya, disinipun terdapat barisan batu yang tertata rapih dan banyak batu tangtung.

situs yang paling besar terdapat dibawahnya, yaitu situs cibalay, menurut pak Inochi (budayawan bogor dan salah seorang dosen di beberapa universitas), situs ini beliau teliti sekitar tahun 1974 dengan perjalanan sekitar 2 hari, karena rapatnya pepohonan saat itu yang menjadi cirinya adalah sebuah pohon menyan (saat ini masih ada). Beliau sampaikan bahwa keberadaan situs ini lebih tua dari masa kerajaan sunda lama, maupun pengaruh hindu budha atau yang lain, karena setelah diteliti dari batuannya berumur sekitar 5000 tahun, sebelum ada suku-suku seperti sekarang, sunda, madura, dan lainnya.

kita berharap kedepan, melalui kegiatan ini menjadi inisiasi dan perencanaan pengelolaan sejarah dan peninggalan budaya secara terpadu, saya mengususlkan untuk dibentuk kelompok kerja untuk menyusun draft kegiatan, sehingga bisa disinergikan kepada bidang yang ada dalam pemerintahan semisal dinas budpar, taman nasional gn salak, departemen pendidikan, LSM, DPRD, para ahli sejarah, ilmuwan, sehingga kita memiliki sebuah grand design pengelolaan. mungkin bisa salah satunya membuat “guiding book” yang bisa menjadi literatur pemerhati sejarah dan budaya di dunia.

kita menyaksikan peradaban yang berkembang saat itu, mungkin bisa menjadi satu motivasi buat kita untuk membentuk “national character building” serta pengembangan yang memberikan manfaat lebih kepada masyarakat sekkitarnya dengan pemberdayaan program yang direncanakan. kita berharap banyak

Arca Domas Tenjolaya

http://galeribogor.net/arca-domas-tenjolaya/

January 16th, 2011 | Add a Comment

Arca Domas berada di kecamatan Ciomas, Bogor yang juga merupakan kaki Gunung Salak Endah. Arca Domas – Cibalay masih dalam wilayah Kecamatan Tenjolaya. Di kaki Gunung Salak, untuk mencapai Arca Domas, kita harus mendaki pegunungan dari jalan aspal sekitar kurang lebih 1,5 Km.

DSC_9188-150×150.jpg

Arca Domas sendiri sebenarnya merupakan beberapa batu-batuan yang tersusun rapi, dan dipercaya sudah ada sejak jaman Megalithikum. Luas areal situs tersebut kurang lebih sekitar 1 hektar, hingga saat ini keadaannya masih rapi dan terawat dengan baik. DI pintu gerbang situs tersebut tertulis nama “Bale Kambang”, tempat ini dipercaya dulunya sebagai tempat penasehat-penasehat Pajajaran berunding dan bermusyawarah menyusun strategi.

Kata Arca Domas sendiri berasal dari bahasa Sunda Kuno yang berarti “800 Patung”, namun belum ada yang menghitung jumlah batu-batuan yang berada di sekitar situs ini. Diantara batu-batu tersebut ada beberapa batu yang memiliki tulisan-tulisan yang belum terpecahkan secara pasti mengenai arti dari tulisan tersebut

Di tengah area ini ada batu tegak berbentuk segitiga yang melambangkan Gunung Salak, di sekelilingnya dilingkari batu-batu yang terhampar melingkari batu segitiga, dibagian belakang pusar ada 3 batu lagi berdiri tegak berbentuk segi empat memanjang, di depannya sedikit ditemukan pula 3 buah batu, ada dua batu tegak berdampingan berbentuk segitiga, melambangkan dua buah gunung, yang memang lokasinya berdekatan, yaitu gunung Salak dan Gunung Pangrango.

DSC_1786

Written by Raiyani

Napak Tilas Peninggalan Tradisi Megalitik di Bogor

REP | 14 November 2011 | 20:14141 3  Nihil


“Untuk mengetahui sejarah masa lalu pendahulu kita, hal yang paling mudah adalah dengan melihat peninggalan yang kasat mata berupa benda-benda bersejarah. Benda tersebut bisa berupa bangunan kuna, barang pusaka, prasasti, naskah kuna, dll,”begitulah bunyi paragraph ketiga tulisan Tentang-nya Grup Napak Tilas Peninggalan Budaya dengan Kang Hendra M Astari sebagai kepala sukunya. Maka tidaklah heran bila group dengan keanggotaan terbuka dan (masih) beranggotakan 400-an pencinta sejarah ini sering mengadakan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah yang tersebar di Kotamadya dan Kabupaten Bogor.

Minggu, 13 Nopember 2011 adalah hari  kegiatan Napak Tilas ke-6 yang diselenggarakan grup ini dengan tempat yang dituju adalah  Situs Purbakala Cibalay,  terletak di Kampung Cibalay Desa Tapos I  Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Situs ini merupakan peninggalan jaman prasejarah, tepatnya pada jaman Megalitikum, dengan bukti peninggalannya berupa menhir, punden berundak yang saat dibuat oleh nenek moyang berfungsi sebagai tempat pemujaan.

Untuk mencapai TKP, kami naik angkot 03 Faten di Lawang Saketeng (dekat Bogor Trade Mall) jurusan Tenjolaya, turun di terminal Faten disambung naik ojeg ke Villa Sutiyoso. Atau bagi yang dekat daerah Bogor Barat naik angkot 03 jurusan terminal Laladon, lalu naik angkot Tumaristis, turun di terminalFaten. Perjalanan dari Lawang Seketeng ke Tenjolaya kira-kira sekitar 45 menit.

Napak tilas sekaligus hiking kali ini, menurut seorang peserta yang tidak pernah absen ikut, merupakan acara dengan medan tempuh cukup berat, terutama bagi peserta yang suka meleng karena terlalu narsis. Ada seorang peserta yang sampai 4 kali jatuh karena kehilangan keseimbangan akibat hobi melengnya itu. Acara yang sedianya diikuti 28 anggota grup akhirnya dimulai pada pukul 10 dan berakhir pada pukul 13.30-an, maka tidak heran bila beberapa peserta mengalami nyeri otot tungkai bawah (paha dan kaki), malah ada yang sampai susah ruku dan sujud karena ototnya stress, tiba-tiba harus bekerja keras jalan jauh.

Dengan memasuki hutan, lalu pada areal yang lebih tinggi melewati hutan konifer, sampailah kami di situs yang pertama kami kunjungi, yaitu Situs Punden Pasir Manggis I. Sebelumnya kami melewati Situs Punden Pasir Manggis II yang terletak tak jauh dari Manggis I, dengan luas areal dan ukuran lebih kecil. Struktur yang ada di kedua situs ini berupa punden berundak dan menhir dengan berbagai ukuran. Lalu perjalanan dilanjutkan menuju ke Situs Batu Bergores. Medan yang kami lalui memang tidak membuat nafas terengah-engah karena jalan setapak yang menurun, namun yang membuat sulit adalah jalanan menurun yang licin. Situs ini terletak pada daerah yang terbuka. Di sini kami melihat beberapa gundukan batu dan menhir tersebar di beberapa titik. Perjalanan kami lanjutkan dengan melewati hutan bambu dengan beberapa kali diiringi musik alam berupa gemericik air pegunungan. Lalu kami tiba di Situs Cibalay dengan areal yang cukup luas dan bernuansa hijau. Situs ini terlihat terpelihara dan kerap dikunjungi orang. Makanya tidak heran jika akses menuju situs ini tidak sulit seperti menuju situs-situs sebelumnya.

Setelah puas berfoto ria dan makan sajian berupa pisang yang bernuansa hijau pula (maksudnya kulitnya masih berwarna hijau), kami mendengarkan penjelasan dari Bapak Inuci, seorang dosen yang menyukai sejarah, tentang sejarah masa Megalitikum, yaitu jaman batu besar  yang dimulai pada tahun 5000 SM. Pak Inuci juga menyampaikan kesalahkaprahan tentang penamaan Situs Cibalay yang sering disebut Situs Arca Domas, padahal tidak ada laporan mengenai keberadaan sebuah arca di situs ini. Yang ada hanya punden berundak dan batu menhir atau dalam bahasa Sunda bernama Batu Tangtung (batu berdiri).

Sebagaimana kita ketahui, sebelum masuknya agama dan budaya Hindu-Budha yang berasal dari India ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar budaya, salah satunya dalam seni bangunan adalah adanya struktur punden berundak. Maka seni bangunan candi merupakan perwujudan akulturasi  antara budaya lokal Indonesia dengan budaya India. Juga keberadaan bangunan suci di Indonesia yang didirikan di dekat air atau sungai.  Sungai pada saat itu merupakan kawasan strategis, sehingga memudahkan akses bagi penduduk  untuk bersosialisasi dengan dunia luar. Selain dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan dan di lembah. Juga penggunaan batu andesit, yaitu batuan beku vulkanik yang banyak di temukan di Indonesia karena kondisi Indonesia yang kaya akan gunung berapi. Ciri-ciri ini tentunya juga ada pada situs-situs yang kami kunjungi, yaitu terletak di lereng Gunung Salak dan berada di dekat sungai-sungai kecil.

Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan napak tilas ini maka akan semakin banyak para pecinta maupun calon pencinta sejarah yang akan menelusuri  jejak nenek moyang, karena seperti kata introduksi dari sang ketua suku, sejarah adalah cermin kehidupan masa lalu yang bisa kita jadikan pelajaran untuk menatap dan menata hidup kita di masa depan.  Maka ingatlah selalu “jas merah”, jangan lupakan sejarah!

Sumber:

http://sejarah.kompasiana.com/2011/11/14/napak-tilas-peninggalan-tradisi-megalitik-di-bogor/

Poto-poto hasil jepretan potograper jadi-jadian dan amatiran ada di sini

Berita lain terkait:

5 responses to “Situs Megalitikum Salaka Domas Cibalay Gunung Salak Bogor

  1. patut dilestarikan sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya, terutama bagi urang pasundan. bahwa leluhurnya berbudaya.

  2. sampaikan salam kepada ketua Pembina Y gentra pajajaran bahwa arca salaka domas ada sebuah pintu gerbang menuju jampang (dari mimpi dan saya tau nama salaka domas juga dari mimpi sehingga searching ke google) dan kalau bisa masukan kedalam kurikulum pendidikan supaya anak-anak yangg sedang belajar dibangku sekolah mengenal sejarah yang ada didaerah bogor khususnya.memang sudah saatnya.

  3. terima kasih… posting yang bermanfaat. usul tambahan sedikit… bisakah ditambahkan peta lokasi (menggunakan google maps misalnya)

  4. terima kasih..dan saya sangat bersyukur mengikuti blog ini..karna banyak sekali pelajaran sejarah yang tidak pernah didapatkan ketika masih di bangku sekolah…

  5. jika boleh mengusulkan..agar blog ini juga lebih ditingkatkan dan bisa juga dibuat event-event untuk sosialisasi kepada masyarakat karna banyak yang saya saksikan, bahwa sebagian besar masyarakat awam melihat hal-hal sejarah dari sisi mistik dan supranatural bukan dari sisi akademik dan sain, sehingga saya kawatir akan banyak sekali ajaran-ajaran sejarah yang seharusnya dapat dijadikan cerminan untuk kehidupan mendatang justru menjadi sesuatu yang musyrik ataupun syirik…semoga tidak demikian

Tinggalkan komentar