Sejarah Letusan Gunung Salak Bogor 1699 yang memusnahkan Ibukota Kerajaan Pakuan Pajajaran

Taufik Hassunna

Bogor, 4 Januari,  314 tahun yang lalu.......</p><p>pada malam hari tanggal 4/5 januari 1699, Gunung Salak meletus dengan iringan gempa bumi yang sangat kuat. Sebuah catatan dari tahun 1702 dari Ekspedisi Belanda Raam & Coops, menceritakan keadaan yang diakibatkannya : " </p><p>Dataran tinggi antara Batavia dengan Cisadane di belakang bekas keraton raja-raja Jakarta (maksudnya Pajajaran) yang disebut Pakuan (Kota Bogor sekarang)  yang asalnya berupa hutan besar, setelah terjadi gempa bumi berubah menjadi lapangan luas dan terbuka, tanpa pohon-pohonan sama sekali.</p><p>Permukaan tanah tertutup dengan tanah liat merah yang halus seperti biasa digunakan tukang tembok. Di beberapa tempat telah mengeras sehingga dapat menahan beban langkah yang berjalan di atasnya, tetapi pada tempat tempat lain orang dapat terbenam sedalam satu kaki.</p><p>Di tempat bekas keraton yang disebut Pakuan yang terletak di antara Batavia dengan Cisadane belum pernah terjadi bencana lain yang menyebabkan tanah tersobek dan pecah terbelah-belah menjadi retakan-retakan besar yang lebih dari satu kaki lebarnya ".</p><p>Gunung Salak tercatat sudah beberapa kali erupsi, yang terbesar tercata adalaht erupsi tahun 1699.

Bogor, 4 Januari, 314 tahun yang lalu…….

pada malam hari tanggal 4/5 januari 1699, Gunung Salak meletus dengan iringan gempa bumi yang sangat kuat. Sebuah catatan dari tahun 1702 dari Ekspedisi Belanda Raam & Coops, menceritakan keadaan yang diakibatkannya : ”

Dataran tinggi antara Batavia dengan Cisadane di belakang bekas keraton raja-raja Jakarta (maksudnya Pajajaran) yang disebut Pakuan (Kota Bogor sekarang) yang asalnya berupa hutan besar, setelah terjadi gempa bumi berubah menjadi lapangan luas dan terbuka, tanpa pohon-pohonan sama sekali.

Permukaan tanah tertutup dengan tanah liat merah yang halus seperti biasa digunakan tukang tembok. Di beberapa tempat telah mengeras sehingga dapat menahan beban langkah yang berjalan di atasnya, tetapi pada tempat tempat lain orang dapat terbenam sedalam satu kaki.

Di tempat bekas keraton yang disebut Pakuan yang terletak di antara Batavia dengan Cisadane belum pernah terjadi bencana lain yang menyebabkan tanah tersobek dan pecah terbelah-belah menjadi retakan-retakan besar yang lebih dari satu kaki lebarnya “.

Gunung Salak tercatat sudah beberapa kali erupsi, yang terbesar tercata adalaht erupsi tahun 1699.

Bogor, 4 Januari,  314 tahun yang lalu.......</p><br /><br /><br /><br />
<p>pada malam hari tanggal 4/5 januari 1699, Gunung Salak meletus dengan iringan gempa bumi yang sangat kuat. Sebuah catatan dari tahun 1702 dari Ekspedisi Belanda Raam & Coops, menceritakan keadaan yang diakibatkannya : " </p><br /><br /><br /><br />
<p>Dataran tinggi antara Batavia dengan Cisadane di belakang bekas keraton raja-raja Jakarta (maksudnya Pajajaran) yang disebut Pakuan (Kota Bogor sekarang)  yang asalnya berupa hutan besar, setelah terjadi gempa bumi berubah menjadi lapangan luas dan terbuka, tanpa pohon-pohonan sama sekali.</p><br /><br /><br /><br />
<p>Permukaan tanah tertutup dengan tanah liat merah yang halus seperti biasa digunakan tukang tembok. Di beberapa tempat telah mengeras sehingga dapat menahan beban langkah yang berjalan di atasnya, tetapi pada tempat tempat lain orang dapat terbenam sedalam satu kaki.</p><br /><br /><br /><br />
<p>Di tempat bekas keraton yang disebut Pakuan yang terletak di antara Batavia dengan Cisadane belum pernah terjadi bencana lain yang menyebabkan tanah tersobek dan pecah terbelah-belah menjadi retakan-retakan besar yang lebih dari satu kaki lebarnya ".</p><br /><br /><br /><br />
<p>Gunung Salak tercatat sudah beberapa kali erupsi, yang terbesar tercata adalaht erupsi tahun 1699.

Berita-berita VOC Tentang Bekas Kerajaan Pakuan Pajajaran

Minggu, 18 Desember 2011 20:28 | Ditulis oleh Administrator | PDF  | Array Cetak Array

Laporan tertulis pertama mengenai lokasi Pakuan diperoleh dari catatan perjalan ekspedisi pasukan VOC (“Verenigde Oost Indische Compagnie”/Perserikatan Kumpeni Hindia Timur) yang oleh bangsa kita lumrah disebut Kumpeni. Karena Inggris pun memiliki perserikatan yang serupa dengan nama EIC (“East India Company”), maka VOC sering disebut Kumpeni Belanda dan EIC disebut Kumpeni Inggris.

Setelah mencapai persetujuan dengan Cirebon (1681), Kumpeni Belanda menandatangani persetujuan dengan Banten (1684). Dalam persetujuan itu ditetapkan Cisadane menjadi batas kedua belah pihak.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai lokasi “bekas istana” Kerajaan Pajajaran, VOC mengirimkan tiga tim ekspedisi yang masing-masing dipimpin oleh

1. Scipio (1687)

2. Adolf Winkler (1690)

3. Abraham van Riebeeck (1703, 1704, 1709)

1. Laporan Scipio

Dua catatan penting dari ekspedisi Scipio adalah

• Catatan perjalanan antara Parung Angsana (Tanah Baru) menuju Cipaku dengan melalui Tajur, kira-kira lokasi Pabrik “Unitex” sekarang. Catatannya adalah sbb.: “Jalan dan lahan antara Parung Angsana dengan Cipaku adalah lahan yang bersih dan di sana banyak sekali pohon buah-buahan, tampaknya pernah dihuni”.

• Lukisan jalan setelah ia melintasi Ciliwung. Ia mencatat “Melewati dua buah jalan dengan pohon buah-buahan yang berderet lurus dan 3 buah runtuhan parit”. Dari anggota pasukannya, Scipio memperoleh penerangan bahwa semua itu peninggalan dari Raja Pajajaran.

Dari perjalanannya disimpulkan bahwa jejak Pajajaran yang masih bisa memberikan “kesan wajah” kerajaan hanyalah “Situs Batutulis”.

Penemuan Scipio segera dilaporkan oleh Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs kepada atasannya di Belanda. Dalam laporan yang ditulis tanggal 23 Desember 1687, ia memberitakan bahwa menurut kepercayaan penduduk, “dat hetselve paleijs en specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart wort” (bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang ditinggikan untuk raja “Jawa” Pajajaran sekarang masih berkabut dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau). Rupanya laporan penduduk Parung Angsana ada hubungannya dengan seorang anggota ekspedisi yang diterkam harimau di dekat Cisadane pada malam tanggal 28 Agustus 1687. Diperkirakan Situs Batutulis pernah menjadi sarang harimau dan ini telah menumbuhkan khayalan adanya hubungan antara Pajajaran yang sirna dengan keberadaan harimau.

2. Laporan Adolf Winkler (1690)

Laporan Scipio menggugah para pimpinan Kumpeni Belanda. Tiga tahun kemudian dibentuk kembali team ekspedisi dipimpin oleh Kapiten Winkler. Pasukan Winkler terdiri dari 16 orang kulit putih dan 26 orang Makasar serta seorang ahli ukur.

Perjalanan ringkas ekspedisi Winkler adalah sebagai berikut:

• Seperti Scipio, Winkler bertolak dari Kedung Halang lewat Parung Angsana (Tanah Baru) lalu ke selatan. Ia melewati jalan besar yang oleh Scipio disebut “twee lanen”. Hal ini tidak bertentangan. Winkler menyebutkan jalan tersebut sejajar dengan aliran Ciliwung lalu membentuk siku-siku. Karena itu ia hanya mencatat satu jalan. Scipio menganggap jalan yang berbelok tajam ini sebagai dua jalan yang bertemu.

Setelah melewati sungai Jambuluwuk (Cibalok) dan melintasi “parit Pakuan yang dalam dan berdinding tegak (“de diepe dwarsgragt van Pakowang”) yang tepinya membentang ke arah Ciliwung dan sampai ke jalan menuju arah tenggara 20 menit setelah arca. Sepuluh menit kemudian (pukul 10.54) sampai di lokasi kampung Tajur Agung (waktu itu sudah tidak ada). Satu menit kemudian, ia sampai ke pangkal jalan durian yang panjangnya hanya 2 menit perjalanan dengan berkuda santai.

Bila kembali ke catatan Scipio yang mengatakan bahwa jalan dan lahan antara Parung Angsana dengan Cipaku itu bersih dan di mana-mana penuh dengan pohon buah-buhan, maka dapat disimpulkan bahwa kompleks “Unitex” itu pada jaman Pajajaran merupakan “Kebun Kerajaan”. Tajur adalah kata Sunda kuno yang berarti “tanam, tanaman atau kebun”. Tajur Agung sama artinya dengan “Kebon Gede atau Kebun Raya”. Sebagai kebun kerajaan Tajur Agung menjadi tempat bercengkerama keluarga kerajaan. Karena itu pula penggal jalan pada bagian ini ditanami pohon durian pada kedua

sisinya.

• Dari Tajur Agung Winkler menuju ke daerah Batutulis menempuh jalan yang kelak (1709) dilalui Van Riebeeck dari arah berlawanan. Jalan ini menuju ke gerbang kota (lokasi dekat pabrik paku “Tulus Rejo”, sekarang). Di situlah letak Kampung Lawang Gintung pertama sebelum pindah ke “Sekip” dan kemudian lokasi sekarang (bernama tetap Lawang Gintung). Jadi gerbang Pakuan pada sisi ini ada pada penggal jalan di Bantar Peuteuy (depan kompleks perumahan LIPI). Dulu di sana ada pohon Gintung.

• Di Batutulis Winkler menemukan lantai atau jalan berbatu yang sangat rapi. Menurut penjelasan para pengantarnya, di situlah letak istana kerajaan (“het conincklijke huijs soude daerontrent gestaen hebben”). Setelah diukur, lantai itu membentang ke arah paseban tua. Di sana ditemukan 7 batang pohon beringin.

• Di dekat jalan tersebut Winkler menemukan sebuah batu besar yang dibentuk secara indah. Jalan berbatu itu terletak sebelum Winkler tiba di situs Bautulis, dan karena dari batu bertulis perjalanan dilanjutkan ke tempat arca (“Purwa Galih”), maka lokasi jalan itu harus terletak di bagian utara tempat batu bertulis (prasasti). Antara jalan berbatu dengan batu besar yang indah dihubungkan oleh “Gang Amil”. Lahan di bagian utara Gang Amil ini bersambung dengan Bale Kambang (rumah terapung). Balen Kambang ini adalah untuk bercengkrama raja. Contoh Bale kambang yang masih utuh adalah seperti yang terdapat di bekas Pusat Kerajaan Klungkung di Bali. Dengan indikasi tersebut, lokasi keraton Pajajaran mesti terletak pada lahan yang dibatasi Jl. Batutulis (sisi barat), Gang Amil (sisi selatan), bekas parit yang sekarang dijadikan perumahan (sisi timur) dan “benteng batu” yang ditemukan Scipio sebelum sampai di tempat prasast (sisi utara). Balekambang terletak di sebelah utara (luar) benteng itu. Pohon beringinnya mestinya berada dekat gerbang Pakuan di lokasi jembatan Bondongan sekarang.

• Dari Gang Amil, Winkler memasuki tempat batu bertulis. Ia memberitakan bahwa “Istana Pakuan” itu dikeliligi oleh dinding dan di dalamnya ada sebuah batu berisi tulisan sebanyak 81/2 baris (Ia menyebut demikian karena baris ke-9 hanya berisi 6 huruf dan sepasan tanda penutup). Yang penting adalah untuk kedua batu itu Winkler menggunakan kata “stond” (berdiri). Jadi setelah terlantar selama kira-kira 110 th (sejak Pajajaran burak oleh pasukan Banten th 1579), batu-batu itu masih berdiri (masih tetap pada posisi semula).

• Dari tempat prasasti, Winkler menuju ke tempat arca (umum disebut Purwakalih, 1911 Pleyte masih mencatat nama Purwa Galih). Di sana terdapat 3 buah patung yang menurut informan Pleyte adalah patung Purwa Galih, Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung. Nama trio ini terdapat dalam “Babad Pajajaran” yang ditulis di Sumedang (1816) pada masa bupati Pangeran Kornel, kemudian disadur dala bentuk pupuh 1862. Penyadur naskah babad mengetahui beberapa ciri bekas pusat kerajaan seperti juga penduduk Parung Angsana dalam tahun 1687 mengetahui hubungan antara “Kabuyutan” Batutulis dengan kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi. Menurut babad ini, “Pohon Campaka Warna” (sekarang tinggal tunggulnya) terletak tidak jauh dari alun-alun Lokasi Pakuan (2)

BERITA DARI NASKAH TUA

Dalam kropak (Tulisan pada rontal atau daun nipah) yang diberi nomor 406 di Mueseum Pusat terdapat petunjuk yang mengarah kepada lokasi Pakuan. Kropak 406 sebagian telah diterbitkan khusus dengan nama “Carita Parahiyangan”. Dalam bagian yang belum diterbitkan (biasa disebut fragmen K 406) terdapat keterangan mengenai kisah pendirian keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. “Di inya urut kadatwan, ku Bujangga Sedamanah ngaran Sri Kadatwan Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Anggeus ta tuluy diprebolta ku Maharaja Tarusbawa deung Bujangga Sedamanah. Disiar ka hulu Cipakancilan. Katimu Bagawat Sunda Mayajati. Ku Bujangga Sedamanah dibaan ka hareupeun Maharaja Tarusbawa.

(Di sanalah bekas keraton yang oleh Bujangga Sedamanah diberi nama Sri Kadatuan Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Setelah selesai (dibangun) lalu diberkati oleh Maharaja Tarusbawa dan Bujangga Sedamanah. Dicari ke hulu Cipakancilan. Ditemukanlah Bagawat Sunda Majayati. Oleh Bujangga Sedamanah dibawa ke hadapan Maharaja Tarusbawa).

Dari sumber kuno itu dapat diketahui bahwa letak keraton tidak akan terlalu jauh dari “hulu Cipakancilan”. Hulu Cipakancilan terletak dekat lokasi kampung Lawang Gintung yang sekarang, sebab ke bagian hulu sungai ini disebut Ciawi. Dari naskah itu pula kita mengetahui bahwa sejak jaman Pajajaran sungai itu sudah bernam Cipakancilan. Hanyalah juru pantun kemudian menterjemahkannya menjadi Cipeucang. Dalam bahasa Sunda kuno dan Jawa kuno kata “kancil” memang berarti “peucang”. (Cuplikan dari : himabojakarta)

10 responses to “Sejarah Letusan Gunung Salak Bogor 1699 yang memusnahkan Ibukota Kerajaan Pakuan Pajajaran

  1. menarik sekali tentang sejarah kerajaan pajajaran ini, berbagai sumber, berbagai simpangsiur, tp psti akan ada waktunya ya semuanya kebuka kang. “siloka”

  2. Wahhh terimakasih atas info ini. Buat saya sangat berarti….

  3. Thanks on your marvelous posting! I genuinely enjoyed reading it, you may be a great author.I will be
    sure to bookmark your blog and will come back from now on.
    I want to encourage you continue your great posts, have a nice evening!

  4. Di istana2 pninggalan mrk yg dibangga2kn,dsb ma sbagian bsar bangsa indonesia ‘yg tdk peka’. Di istana2 mrk tmpat prtmuaan pngaturan strategi pnumpasan diponogoro,pmbrlakuan cultur stlsel,dsb bnyk. Istana2 mrk lambang pnindasan trhdp ‘saudara2 kita dahulu’. Tdk ada ratusan tahun upaya mnggantikn istana2 mrk dgn istana2 negara brgaya arsitktur nusantara. Ngara2 asia tnggara ja,lihatlah istana2 ngara mrk brgaya arsitktur lokal pdhl prnah dijajah. ‘Diprtanyakan’ lg sdalam apa rasa kbangsaan bangsa indonesia ini?

  5. Disrbu banten,trkubur ltusan gunung,dsb mesti ada bukti naskah2 kuno yg ditulis pd tahun abad pristiwa2 bsar pa ja yg dialami krajaan2 nusantara sblum kdatangan n atau brkuasany para pnjajah. Dimana naskah2 kuno itu?.ekspdisi2,pnlitian,dsb yg dilakukn pnjajah hnya ‘acting’ utk pngkburan sjarah.

  6. para ahli2 sjarah arkeolog indonesia hrus mandiri,jujur,pnuh integritas tliti,dsb n buat sumbr rujukn sndiri,msh salah n atau ada bnrny tu bagian dr proses plurusan sjarah bangsa sndiri lepas dr sumbr2 rujukn yg dibuat pnjajah2.

  7. Masih penasaran saya ingin melihatnya langsung kerajaan padjajaran kaya gimama . .

  8. Catatan Scipio tentang sisa tembok keraton di ujung Rawa Badak yng bernama Pertigaan Sawangan. Gunung Salak Meletus 1699 sisa kerajaan tersebut tutitupn tanah merah . Tanah Merah halus adanya di Bogor Utara dan SAWANGAN ADA DI BOGOR UTARA.. Wangid Siliwangi DAYEUH ADA DI KALER

  9. Yang tanda kurung pendapat penulis sedang catatan Belanda jelas kerajaan antara Batavia dan Cisadane tertutup tanah merah..semua itu letaknya di Bogor Utara dan Tanah Merah halus tidak campur batu ada di Bogor utara..

  10. Oh..kata nya istana nya ikut moksa..se iring moksa nya prabu sri baduga…

Tinggalkan komentar